• Tulisan Terakhir

  • Arsip

  • Kategori

  • Masukkan alamat surat elektronik Anda untuk mengikuti blog ini dan menerima pemberitahuan tentang tulisan baru melalui surat elektronik.

Allah bersama makhluk-Nya

Keyakinan seorang hamba bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa bersama makhluk-Nya akan mendorongnya menjadi orang yang selalu sadar akan posisi dirinya. Ia akan merasa terus terawasi oleh Allah, sehingga gerak geriknya selalu terkontrol dan takut terjerumus dalam perilaku menyimpang, baik penyimpangan dalam bentuk ekstrim maupun penyimpangan dalam bentuk mengabaikan. Sebaliknya keyakinan inipun mendorongnya untuk berani dan lugas, ketika harus mendakwahkan kebenaran atau mempertahankannya. Sebab ia merasa Allah senantiasa menyertai, menolong dan membelanya. Sementara itu, tidak ada seseorangpun yang dapat terbebas dari pengawasan Allah. Sifat bersamanya Allah dengan makhluk ini, sama sekali tidak berarti bahwa Dzat Allah bersama-sama berbaur dengan makhluk atau menempat di tempat-tempat mereka. Jadi Allah yang senantiasa bersama makhluk-Nya itu, sama sekali tidak menunjukkan pembauran dan percampuran dengan makhluk, ditinjau dari sudut manapun. Sebab faham yang demikian adalah faham yang batil. Mustahil bagi Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Luhur. Tidak mungkin makna yang dikandung dari kalam Allah dan kalam RasulNya merupakan makna yang batil./almanhaj.or.id/iec lumajang

Keutamaan 10 hari pertama Bulan Dzul Hijjah

Imam al-Bukhari dalam shahiihnya meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda: “Tidak ada amalan yang lebih utama dari amalan di sepuluh hari pertama Dzulhijjah ini. Mereka bertanya, ‘Tidak juga jihad?’ Beliau menjawab, ‘Tidak juga jihad, kecuali seorang yang keluar menerjang bahaya dengan dirinya dan hartanya sehingga tidak kembali membawa sesuatu pun.’” Dengan demikian, jelaslah bahwa sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah adalah hari-hari dunia terbaik secara mutlak. Hal itu karena ibadah induk berkumpul padanya dan tidak berkumpul pada selainnya. Padanya terdapat seluruh ibadah yang ada di hari lain, seperti shalat, puasa, shadaqah dan dzikir, namun hari-hari tersebut memiliki keistimewan yang tidak dimiliki hari-hari lain yaitu manasik haji dan syari’at berkur-ban pada hari ‘Id (hari raya) dan hari-hari Tasyriq. Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, “Yang rajih bahwa sebab keistimewaan bulan Dzulhijjah karena ia menjadi tempat berkumpulnya ibadah-ibadah induk, yaitu shalat, puasa, shadaqah dan haji. Hal ini tidak ada di bulan lainnya. Berdasarkan hal ini apakah keutamaan tersebut khusus kepada orang yang berhaji atau kepada orang umum? Ada kemungkinan di dalamnya.almanhaj.or.id/iec lumajang

Cinta Rosul

Para Ulama menjelaskan bahwa cinta kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam terbagi kepada dua tingkatan: Tingkat Pertama : Cinta yang wajib terdapat pada setiap pribadi Muslim. Ia merupakan dasar keimanan seseorang. Yaitu keridhaan menerima dengan sepenuh hati ajaran yang dibawa Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam dengan disertai rasa cinta dan pengagungan, serta tidak mencari petunjuk di luar petunjuk Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam . Kemudian menta’ati perintahnya, meninggalkan larangannya, mempercayai segala beritanya dan membela agamanya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Tingkat Kedua : Cinta yang melebihi dari tingkat sebelumnya. Yaitu cinta yang membawa kepada sikap yang menjadikan Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam sebagai satu-satunya figur atau qudwah dalam segala segi kehidupan. Mulai dari menghidupkan sunnah-sunnah beliau, baik dalam bentuk kualitas maupun kuantitas. Demikian pula, dalam berakhlak dan budi pekerti terhadap keluarga, karib-kerabat, tetangga dan masyarakat. Sampai dalam hal adab-adab sehari-hari lainnya seperti dalam berpakaian, makanan-minum, buang hajat dan tidur. Sifat-sifat Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam selalu hadir dalam benaknya dan senantiasa ia jadikan sebagai teladan dalam kehidupannya sehari-hari, hingga cinta tersebut membuatnya benar-benar rindu ingin bertemu Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam dan bersedia menebus perjumpaannya dengan Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam dengan keluarga dan hartanya.almanhaj.or.id/iec lumajang

Ciri Fisik Rasulullah

Penjelasan perihal fisik Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjadi perhatian para Ulama. Di antara mereka, menyelipkan pembahasan ini di kitab-kitab hadits. Sebagian lain memaparkannya dalam kitab tersendiri. Imam at-Tirmidzi rahimahullah termasuk Ulama yang menulis pembahasan ini dalam sebuah kitab tersendiri yang berjudul asy-Syamâil al-Muhammadiyyah yang termasuk kitab pertama dalam masalah ini. Di dalamnya, penulis menjelaskan sifat-sifat fisik dan akhlak-akhlak luhur Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta pembahasan-pembahasan lain tentang beliau. Selanjutnya Syaikh al-Albâni rahimahullah (ahli hadits abad ini), meringkas kitab tersebut. Hadits-hadits berikut ini seluruhnya shahîh dan dapat dijadikan hujjah, dikutipkan dari kitab Mukhtashar asy-Syamâil al-Muhammadiyyah karya Syaikh al-Albâni rahimahullah, maktabah al-Ma`ârif Riyâdh, cetakan III tahun 1422H. Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu berkata: “Rasulullah (perawakannya) tidak terlalu tinggi, juga tidak pendek, tidak putih sekali (kulitnya) juga tidak kecoklatan. Beliau rambutnya tidak keriting pekat, juga tidak lurus menjurai. Allah Azza wa Jalla mengutusnya pada usia empat puluh. Beliau tinggal di Mekah selama sepuluh tahun dan di Madinah selama tiga belas tahun. Allah Azza wa Jalla mewafatkannya pada usia enam puluh tahunan, dan uban beliau tidak mencapai dua puluh helai di kepala ataupun jenggot beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. almanhaj.or.id